Wahai Manajer Pejuang, FOKUSLAH PADA KEKUATAN

Salah satu aturan tidak tertulis yang sering membuat kisruh dan diikuti oleh banyak perusahaan atau organisasi adalah: Mari kita perbaiki yang salah dan biarkan hal-hal yang sudah benar berjalan sendiri. Seperti yang dijelaskan sangat tepat dalam buku Play to Your Strengths, dan dielaborasi oleh Barbara Prashning dalam bukunya yang indah The Power of Diversity, New Ways of Learning and Teaching through Learning Style, sistem seperti itu dibentuk untuk lebih mencari kelemahan-kelemahan orang ketimbang membangun kekuatan-kekuatan mereka:

  • Manajer menghabiskan sebagian besar waktu bekerjanya  dengan pekerja yang memiliki kinerja paling lemah, berusaha menghilangkan kesalahan-kesalahan mereka,
  • Hampir semua pekerja sosial berfokus pada masalah, bukannya menolong orang agar menjadi benar-benar mandiri dan berswadaya,
  • Orang-orang biasanya memberi tahu anak-anak mereka tentang kekurangan-kekurangan mereka, dan para guru selalu berkonsentrasi pada nilai terendah siswa ketimbang pada nilai mereka yang tertinggi.

Kita cenderung memusatkan energi untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan, sementara kekuatan-kekuatan diabaikan. Hal ini terjadi karena kita telah dikondisikan untuk percaya bahwa memperbaiki kesalahan akan menjadikan semuanya lancar, kekuatan bisa berjalan sendiri, kesuksesan adalah kebalikan dari kegagalan dan latihan akan menyempurnakannya. Indah nian…

Apabila kita mengikuti mitos-mitos ini, memperbaiki kesalahan hanya akan mencapai hasil rata-rata, padahal prestasi luar biasa hanya bisa dikembangkan sepenuhnya dengan berfokus pada kekuatan Nah lho… Kepercayaan lain yang tidak kalah merusaknya adalah pepatah: “Kalau orang itu bisa melakukannya, kamu pun pasti bisa”. Asumsi bahwa “siapapun bisa melakukan apapun” menganggap bahwa semua orang seakan adalah clone yang memiliki kemampuan-kemampuan identik dan sama sekali mengabaikan keragaman manusia. Akal sehat dan hasil penelitian dalam perbedaan gaya bekerja telah membuktikan bahwa kita semua berbeda dan dilengkapi dengan kombinasi kekuatan-kekuatan yang unik. Pepatah tersebut harusnya diperbaiki menjadi: “Kalau seseorang bisa melakukannya, mereka yang memiliki kekuatan yang sama juga pasti bisa”.

So, saatnya kita fokus pada kekuatan. Namun, bagaimana kita dapat mengelola kelemahan-kelemahan kita? ….tunggu edisi berikutnya.

Artikel Terkait:

12 thoughts on “Wahai Manajer Pejuang, FOKUSLAH PADA KEKUATAN

  1. Ping balik: Membangun Karyawan Pembelajar « MASDUKI ASBARI

  2. Ping balik: FUN WORKS, Melejitkan Kinerja Karyawan « MASDUKI ASBARI

  3. Ping balik: EMPAT TIPE KARYAWAN, Yang Manakah Anda? « MASDUKI ASBARI

  4. Ping balik: Menjadikan Tempat Kerja Sebagai Sekolah « MASDUKI ASBARI

  5. Ping balik: Ringkasan Eksekutif dari 14 Prinsip TOYOTA WAY « MASDUKI ASBARI

  6. Ping balik: KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL: Landasan Menuju World Class Company « MASDUKI ASBARI

  7. Ping balik: Belajar INOVASI dari Toyota « MASDUKI ASBARI

  8. Ping balik: Meningkatkan Nilai Aset Perusahaan yang tak Berwujud (Intangible Asset) « MASDUKI ASBARI

  9. Ping balik: Mengukur Komitmen Manajemen Puncak dalam Membangun BUDAYA PERUSAHAAN « MASDUKI ASBARI

  10. Ping balik: Belajar Mengubah Budaya dari Toyota Way « MASDUKI ASBARI

  11. Ping balik: Mengabaikan Human Capital = Mempersiapkan Kebangkrutan « MASDUKI ASBARI

  12. Ping balik: Belajar dari Toyota Way: Mengidentifikasi Pemborosan « MASDUKI ASBARI

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s