Nampaknya dunia sudah maklum bahwa tatkala mesin produksi tewas dengan sukses, yang diuber adalah bagaimana team maintenance bisa menyelesaikan masalah secepat lari kuda sembrani yang digantungi kaleng berisi kerikil di ekornya, hi..hi.. kasian banged tuch kuda. Menariknya, masih ada paradigma yang ngendon di benak operator produksi bahwa kerusakan mesinnya tidak ada hubungan dengan dirinya, putus hubungan dengan mesin… So, jangan harap mau tau apa yang terjadi dan mengapa mesinnya ko-it.
Mentalitas operator produksi di atas merupakan mentalitas jadul yang kudu segera dibuang jauh-jauh ke tempat biasanya jin buang anak… Mengapa demikian? Pasalnya, gaya kuno tersebut tidak akan menolong operator produksi untuk belajar dan well-care pada mesin yang diangonnya. Jadi, untuk mengurangi bahkan menghilangkan kejadian breakdown, kita butuh belajar dari setiap kejadian, bagaimana mencegah kerusakan yang sama terulang kembali di waktu yang akan datang.
Pertanyaan operator jadul adalah “Apa yang aus?” atau “Apa yang rusak?” musti segera direvisi menjadi “Mengapa sparepart ini rusak?” atau “Mengapa kami tidak bisa mendeteksi kerusakan lebih awal?”. So, kita memerlukan banyak pertanyaan “Mengapa” guna mencegah kerusakan berulang.
Pada banyak kasus, kerusakan mesin tidak terjadi dengan sendirinya, tapi cenderung disebabkan oleh keteledoran manusia, baik operator maupun crew bagian maintenance. “Sumbangsih” dari operator biasanya karena lalai memberi pelumas, abai melakukan pengencangan baut, menihilkan inspeksi ringan, dst. Sedangkan teknisi maintenance menyumbang terjadinya breakdown karena ketidakcermatan kala pemasangan mesin, tidak presisi, misalignment, dst.
Jadi, Pelajarannya adalah equipment doesn’t breakdown itself, but people break it.
Artikel Terkait:
Ping balik: SIX BIG LOSSES, Biang Keladi Buruknya Kinerja Produksi « MASDUKI ASBARI
Ping balik: Misi Penerapan 5S, Perubahan Perilaku Melalui Perubahan Tempat Kerja « MASDUKI ASBARI
Ping balik: TPM dan Lean Manufacturing Pilar Penting Continuous Improvement Process « MASDUKI ASBARI
Ping balik: Mengukur Kinerja Produksi « MASDUKI ASBARI