Adalah owner perusahaan tempat saya bekerja, beliau adalah figur yang sangat saya hormati, Bapak Hadi Sunyoto, pernah menasehati kami, bahwa manajer atau para pengatur di perusahaan ini adalah bukan peserta kontes popularitas, tetapi figur yang mengarahkan dan berani menyampaikan apa yang memang benar dan harus disampaikan, tidak sekedar jaim karena takut tidak disukai oleh bawahan atau sekedar mencari keuntungan-keuntungan sesaat. Saya lalu teringat Sabda Rasul SAW yang mengatakan: kullu kalaami ibni Aadama ‘alaihi laa lahu, illaa amran bima’ruufin aw nahyan ‘an munkarin aw dzikran lillaahi ‘azza wajalla (Setiap anak Adam akan merugikan dirinya sendiri dan tidak akan menguntungkannya, kecuali mangajak kepada yang baik, mencegah dari keburukan dan mengingat Allah).
Oleh karena itu, lisan yang dikarunia Allah ini sudah selayaknya kita baktikan untuk menyampaikan kebenaran dengan penuh keberanian, karena emang tanpa keberanian, kebenaran akan sulit tegak. Diamnya kita terhadap kesalahan yang berdendang di depan mata kita adalah cikal bakal bencana di organisasi kita. So, berbicara atau diam, keduanya bisa menjadi biang keladi kekisruhan, jika dilakukan tidak pada waktu dan tempat yang tepat. Ibnul Qayyim Al Jauziyyah dalam bukunya yang luar biasa, Ad Daa’ wad Dawaa mengungkapkan bahwa orang yang diam dari mengucapkan kebenaran adalah setan bisu, nah lho, pelaku keburukan, sekaligus penjilat. Sementara orang yang mengucapkan keburukan adalah setan yang berbicara sekaligus pelaku keburukan. Mayoritas manusia menyimpang dalam ucapan dan diamnya.
Jadi, masihkah kita terlena memposisikan diri kita sebatas peran peserta kontes popularitas di perusahaan kita? atau segera menjadi sosok manajer yang penuh wibawa dengan hiasan kejujuran dan kebenaran atas seluruh ucapan kita, semoga…
Artikel Terkait:
Ping balik: Membangun Karyawan Pembelajar « MASDUKI ASBARI
Ping balik: FUN WORKS, Melejitkan Kinerja Karyawan « MASDUKI ASBARI
Ping balik: EMPAT TIPE KARYAWAN, Yang Manakah Anda? « MASDUKI ASBARI
Ping balik: Menjadikan Tempat Kerja Sebagai Sekolah « MASDUKI ASBARI
Ping balik: Ringkasan Eksekutif dari 14 Prinsip TOYOTA WAY « MASDUKI ASBARI
Ping balik: KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL: Landasan Menuju World Class Company « MASDUKI ASBARI
Ping balik: Belajar INOVASI dari Toyota « MASDUKI ASBARI
Ping balik: Meningkatkan Nilai Aset Perusahaan yang tak Berwujud (Intangible Asset) « MASDUKI ASBARI
Ping balik: Mengukur Komitmen Manajemen Puncak dalam Membangun BUDAYA PERUSAHAAN « MASDUKI ASBARI
Ping balik: Belajar Mengubah Budaya dari Toyota Way « MASDUKI ASBARI
Ping balik: Mengabaikan Human Capital = Mempersiapkan Kebangkrutan « MASDUKI ASBARI
Ping balik: Belajar dari Toyota Way: Mengidentifikasi Pemborosan « MASDUKI ASBARI