Dalam dunia industri yang berkembang makin cepat dan cerdas, tak dipungkiri diperlukan sosok manajer yang cepat dan cerdas pula atau dalam bahasa orang kulon, knowledge worker, walau saya lebih senang menyebut sebagai manajer pejuang. Sejatinya sebagai manajer, niscaya selalu berinteraksi dengan data dan informasi sehingga tak ayal mereka akan berfikir, berbicara dan bertindak mendasarkan pada data dan informasi tersebut. Dalam konsep knowledge management, Russel Ackoff (1989) mengenalkan hirarki Data – Informasi – Knowledge – Wisdom (DIKW) yang wajib menjadi isi intelektualitas dan mentalitas manusia. Celakanya, masih ada para manajer perusahaan yang hanya berhenti pada tahapan manajemen data dan informasi, belum sampe kepada menumbuhkan knowledge, alih-alih menjadi wisdom.
Terkait hirarki DIKW Ackoff, Tobing (2007) menjelaskan kembali bahwa intelektualitas dan mentalitas manusia dapat diklasifikasikan dalam lima kategori, yaitu:
-
Data: berupa simbol-simbol.
-
Informasi: data yang diproses agar dapat dimanfaatkan; informasi menjawab pertanyaan tentang who, what, where dan when.
-
Knowledge: merupakan aplikasi dari data dan informasi dan menjawab pertanyaan how.
-
Understanding: mengapresiasi pertanyaan why.
-
Wisdom: evaluasi dari understanding.
Tobing (2007) memaparkan ulang bahwa Russel Ackoff mengindikasikan bahwa empat kategori konten di atas berhubungan dengan masa lalu; keempat kategori tersebut berurusan dengan apa yang telah terjadi dan apa yang telah diketahui. Sedangkan kategori konten yang kelima, wisdom, berkaitan dan berurusan dengan masa depan, dimana visi dan rancangan dimasukkan sebagai bagian dari wisdom. Dengan wisdom, manusia tidak hanya memahami masa kini dan masa lalu, tetapi manusia akan mampu merencanakan masa depannya. So, pantes jika salah satu pendiri bangsa ini pernah berujar, jasmerah: jangan sekali-kali melupakan sejarah.
Intinya adalah untuk menjadi manajer pejuang diperlukan pemahaman yang kaffah atas makna hirarki Ackoff di atas sehingga pada gilirannya menjadi sosok pejuang yang visioner dengan konten intelektualitas dan mentalitasnya adalah tidak hanya berkutat pada data, informasi dan knowledge semata, namun terus meningkat hingga level wisdom. Sudahkah kita?…Semoga…
Daftar Pustaka:
-
Ackoff, R. L. (1989). From Data to Wisdom. Journal of Applied Systems Analysis, Volume 16, p. 3-9
-
Tobing, P. L. (2007). Knowledge Management: Konsep, Arsitektur dan Implementasi. Yogyakarta: Graha Ilmu, Cetakan Pertama
Artikel Terkait:
Ping balik: Menimbang Skala Kepercayaan Diri, Dimanakah Posisi Anda? « MASDUKI ASBARI
Ping balik: Membangun Karyawan Pembelajar « MASDUKI ASBARI
Ping balik: FUN WORKS, Melejitkan Kinerja Karyawan « MASDUKI ASBARI
Ping balik: Sepuluh TUPOKSI Manajer Produksi « MASDUKI ASBARI
Ping balik: EMPAT TIPE KARYAWAN, Yang Manakah Anda? « MASDUKI ASBARI
Ping balik: Menjadikan Tempat Kerja Sebagai Sekolah « MASDUKI ASBARI
Ping balik: Ringkasan Eksekutif dari 14 Prinsip TOYOTA WAY « MASDUKI ASBARI
Ping balik: KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL: Landasan Menuju World Class Company « MASDUKI ASBARI
Ping balik: Belajar INOVASI dari Toyota « MASDUKI ASBARI
Ping balik: Meningkatkan Nilai Aset Perusahaan yang tak Berwujud (Intangible Asset) « MASDUKI ASBARI
Ping balik: Mengukur Komitmen Manajemen Puncak dalam Membangun BUDAYA PERUSAHAAN « MASDUKI ASBARI
Ping balik: Belajar Mengubah Budaya dari Toyota Way « MASDUKI ASBARI
Ping balik: Mengabaikan Human Capital = Mempersiapkan Kebangkrutan « MASDUKI ASBARI
Ping balik: Belajar dari Toyota Way: Mengidentifikasi Pemborosan « MASDUKI ASBARI