Kepercayaan diri menunjukkan keyakinan seseorang terhadap dirinya sendiri akan kemampuannya menyelesaikan tugas. Orang seperti ini merasa yakin bahwa dirinya memiliki kemampuan yang sepadan terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya dan bahkan dalam banyak hal dia cukup percaya diri untuk dapat mengerjakan sesuatu yang lebih berat dari sebelumnya. Orang seperti ini gampang menerima tantangan pekerjaan, termasuk dalam meyakinkan orang lain bahwa dirinya adalah orang yang tepat untuk mengatasi permasalahan secara konstruktif di perusahaan.
Hanya saja kepercayaan diri antara satu orang dengan orang lain berbeda-beda dan bertingkat-tingkat. Penjelasan yang sangat baik dipaparkan oleh Rimsky K. Judisseno dalam buku beliau yang luar biasa, Jadilah Pribadi yang Kompeten di Tempat Kerja. Menurut beliau, ada urutan dan skala perilaku yang muncul dalam kompetensi self-confidence, yakni:
-
Lack of confidence, adalah keadaan seseorang yang tidak mampu menunjukkan kemampuannya secara meyakinkan. Orang seperti ini biasanya sering bertanya bahkan mempertanyakan dirinya sendiri, apakah mampu mengerjakannya atau tidak. Dia terus diliputi rasa tidak percaya diri yang kuat. Canggung dalam bekerja, menghindar dari sorotan orang lain, menjauhi conflict, dan selalu menunjukkan ketidakberdayaannya (powerless).
-
Avoid challenges, kondisi berikutnya yang juga bermasalah adalah menghindari tantangan kerja. Mereka cukup nyaman dengan pekerjaannya sekarang, sampai suatu ketika ada orang yang komplain atau marah tehadap hasil kerjanya, baru perasaan tidak nyaman menyerang dia. Namun, jika tidak ada teguran apa-apa dan orang lain cenderung lupa dengan kejadian tersebut, orang ini akan kembali kepada kebiasaannya semula.
-
Presents self-confidence, pada level ini seseorang mampu menunjukkan rasa percaya diri dengan cara bekerja tanpa supervisi yang terus-menerus dan bahkan dalam banyak hal mampu membuat keputusannya sendiri dalam membantu menyelesaikan tugasnya.
-
Sees self as an expert, pada level ini menunjukkan kemampuan seseorang sebagai panutan bagi orang lainnya. Dia meyakinkan orang lain bahwa dirinya patut dicontoh. Untuk membuktikannya, dia menjadikan dirinya sebagai motor penggerak, katalisator, dan seorang ahli yang memiliki ide-ide orisinil juga sebagai orang yang dapat diandalkan dan dipercaya.
-
States own position, pada level ini seseorang mampu dengan tegas menyatakan posisinya dalam suasana konflik. Dapat dengan tegas, tetapi sopan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap konsep yang berkembang.
-
Volunteers for challenges, mampu menerima tantangan dalam upaya mencari tanggung jawab baru yang lebih besar. Bahkan, secara blak-blakan berani mengambil resiko dan menantang manajemen untuk membuktikannya.
Nah, dengan skala perilaku di atas, dimanakah posisi Anda?
Daftar Pustaka:
- Judisseno, R. K., (2009). Jadilah Pribadi yang Kompeten di Tempat Kerja, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Artikel Terkait:
Ping balik: Membangun Karyawan Pembelajar « MASDUKI ASBARI
Ping balik: FUN WORKS, Melejitkan Kinerja Karyawan « MASDUKI ASBARI
Ping balik: Sepuluh TUPOKSI Manajer Produksi « MASDUKI ASBARI
Ping balik: EMPAT TIPE KARYAWAN, Yang Manakah Anda? « MASDUKI ASBARI
Ping balik: Menjadikan Tempat Kerja Sebagai Sekolah « MASDUKI ASBARI
Ping balik: Ringkasan Eksekutif dari 14 Prinsip TOYOTA WAY « MASDUKI ASBARI
Ping balik: KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL: Landasan Menuju World Class Company « MASDUKI ASBARI
Ping balik: Belajar INOVASI dari Toyota « MASDUKI ASBARI
Ping balik: Meningkatkan Nilai Aset Perusahaan yang tak Berwujud (Intangible Asset) « MASDUKI ASBARI
Ping balik: Mengukur Komitmen Manajemen Puncak dalam Membangun BUDAYA PERUSAHAAN « MASDUKI ASBARI
Ping balik: Belajar Mengubah Budaya dari Toyota Way « MASDUKI ASBARI
Ping balik: Mengabaikan Human Capital = Mempersiapkan Kebangkrutan « MASDUKI ASBARI
Ping balik: Belajar dari Toyota Way: Mengidentifikasi Pemborosan « MASDUKI ASBARI