Menjadi manajer atau supervisor atau apapun namanya yang bertanggung jawab atas suatu proses atau aktifitas ada enak dan tidaknya, yah… beginilah dunia. Di antara enaknya, mereka akan mendapat upah jauh lebih besar dari karyawan biasa saat akhir bulan, tapi ada juga tidak enaknya, mereka musti menanggung semua beban dari unit kerja yang menjadi tanggung jawabnya. So, jika sebuah unit kerja tidak perform, maka tak lain yang paling layak digantung duluan adalah mereka para penanggung jawabnya… Nah lho. termasuk diomelin oleh atasannya atau oleh owner, maka ada ujar-ujar, upah manajer lebih tinggi itu sudah dihitung termasuk dengan upah atas kesiapan menerima omelan….he3x.. siapa yang sudah siap diomelin?
Nah, agar setiap aktifitas terukur kinerjanya, maka tentu kita perlu ukuran, termasuk juga pekerjaan kita-kita yang ada di medan juang manufaktur atau bagian produksi. Adalah disebut Overall Equipment Effectiveness (OEE) yang bisa diandalkan menjadi indikator kinerja produksi. Biasanya, OEE ini menjadi key performance indicator (KPI) atas implementasi lean manufacturing. Agar lebih mudah dan bisa dioperasionalkan, maka saya coba share teknis menghitung OEE, yang sejatinya dalam rangka mengukur kinerja produksi.
Misal, data produksi yang kita lakukan sbb.:
- Lama waktu 1 shift = 8 jam = 480 menit
- Waktu istirahat = 1 jam = 60 menit
- Downtime = 40 menit
- Target produksi = 8.400 kg
- Ideal run rate = 20 kg/menit
- Hasil total 1 shift = 6.500 kg
- Jumlah scrap/reject = 47 kg
Maka, terlebih dahulu perlu dihitung variabel-variabel berikut ini:
- Planned Production Time
Planned Production Time = lama waktu kerja 1 shift – waktu istirahat
= 480 – 60
= 420 menit
- Operating Time
Operating Time = planned production time – downtime
= 420 – 40
= 380 menit
- Good Product
Good Product = hasil total – jumlah reject
= 6.500 – 47
= 6.453 kg
Berikutnya, kita hitung OEE Factor, yang terdiri atas Availability, Performance, dan Quality:
- Availability
Availability = (Operating Time : Planned Production Time) x 100%
= (380 : 420) x 100%
= 0,9048 x 100%
= 90,48%
- Performance
Performance = ((Hasil Total : Operating Time) : Ideal Run Rate) x 100%
= ((6.500 : 380) : 20) x 100%
= 0,8553 x 100%
= 85,53%
- Quality
Quality = (Good Product : Hasil Total) x 100%
= (6.453 : 6.500) x 100%
= 0,9928 x 100%
= 99,28%
Jadi, nilai OEE-nya adalah:
OEE = (Availability x Performance x Quality) x 100%
= (0,9048 x 0,8553 x 0,9928) x 100%
= 0,7683 x 100%
= 76,83%
Sekiranya, kita perlu membanding, maka saya perkenalkan nilai OEE standar World Class Manufacturing sbb.:
- Availability = 90,0%
- Performance = 95,0%
- Quality = 99,9%
- OEE = 85,0%
Selanjutnya, jika kita kembali kepada hasil perhitungan OEE kita di atas, maka nampak bahwa faktor availability sudah baik dan berhasil melampaui standar world class, namun untuk faktor performance dan quality masih di bawah standar sehingga masih perlu diperbaiki dengan mengurangi kerugian pada speed loss dan quality loss. But, tetap semangat dan istiqamah di medan juang…
Eh, sebentar, Ada catatan yang cukup penting di sini bahwa ukuran-ukuran di atas biasanya hanya enak ‘dikunyah” oleh para manajer atau penanggung jawab unit kerja sedangkan untuk operator seringnya tak ada minat untuk aware pada rumus-rumus dan angka-angka persentase di atas, dalam benak mereka itu semua terlalu abstrak, Bo. Oleh karena itu, saya sarankan gunakan komunikasi yang lebih “nyambung” dengan para operator dalam rangka meningkatkan kinerja produksi. Dengan Apa? Cukup gunakan saja istilah TAEDD, yakni:
- Target, yaitu jumlah produksi yang ditargetkan pada satu shift produksi, dalam contoh di atas berarti 8.400 kg.
- Actual, yaitu jumlah hasil aktual yang dapat diterima (good product) pada satu shift produksi, dalam contoh di atas berarti 6.453 kg.
- Efficiency, yaitu perbandingan hasil aktual yang dapat diterima (good product) dengan target, dalam contoh di atas berarti 76,82%
- Downtime, yaitu jumlah waktu downtime pada satu shift produksi, dalam contoh di atas berarti 40 menit.
- Defect, yaitu jumlah produk yang cacat (reject), dalam contoh di atas berarti 47 kg.
Artikel Terkait:
Ping balik: SIX BIG LOSSES, Biang Keladi Buruknya Kinerja Produksi « MASDUKI ASBARI
Ping balik: TPM dan Lean Manufacturing Pilar Penting Continuous Improvement Process « MASDUKI ASBARI
Ping balik: Belajar dari Breakdown Mesin « MASDUKI ASBARI
Ping balik: FUN WORKS, Melejitkan Kinerja Karyawan « MASDUKI ASBARI
Ping balik: Sepuluh TUPOKSI Manajer Produksi « MASDUKI ASBARI
Ping balik: EMPAT TIPE KARYAWAN, Yang Manakah Anda? « MASDUKI ASBARI
Ping balik: Menjadikan Tempat Kerja Sebagai Sekolah « MASDUKI ASBARI
Ping balik: Ringkasan Eksekutif dari 14 Prinsip TOYOTA WAY « MASDUKI ASBARI
Ping balik: KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL: Landasan Menuju World Class Company « MASDUKI ASBARI
Ping balik: Belajar INOVASI dari Toyota « MASDUKI ASBARI
Ping balik: Meningkatkan Nilai Aset Perusahaan yang tak Berwujud (Intangible Asset) « MASDUKI ASBARI
Ping balik: Mengukur Komitmen Manajemen Puncak dalam Membangun BUDAYA PERUSAHAAN « MASDUKI ASBARI
Ping balik: Belajar Mengubah Budaya dari Toyota Way « MASDUKI ASBARI
Ping balik: Mengabaikan Human Capital = Mempersiapkan Kebangkrutan « MASDUKI ASBARI
Ping balik: Belajar dari Toyota Way: Mengidentifikasi Pemborosan « MASDUKI ASBARI