Intangible asset suatu perusahaan dapat dikelompokkan sebagai berikut:
- External structure, yakni aset yang berasal dari luar perusahaan seperti dari supplier dan konsumen.
- Internal structure, yakni aset yang berasal dari dalam perusahaan seperti patent, merk, sistem dan strong culture.
- Individual’s competence, yakni aset yang berasal dari knowledge yang dimiliki SDM, baik yang menyangkut potensi kemampuan (tacit), kemampuan implementasi (explicit), kemampuan saling mendistribusi pengetahuan (sharing), dan kemauan belajar untuk meningkatkan pengetahuannya (learning).
Berdasarkan kelompok intangible asset tersebut, maka untuk meningkatkan nilai intangible asset suatu perusahaan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
- External structure. Aset ini dapat ditingkatkan melalui peningkatan aset dari supplier dan konsumen dan meningkatkan arus aset dari individual’s competence dan internal structure. Aset ini misalnya dapat dibangun dengan cara menggali knowledge dari customer (gain knowledge from customer) dan menawarkan pelayanan (knowledge) ekstra kepada customer (offer customers additional knowledge).
- Internal structure. Aset ini dapat ditingkatkan melalui peningkatan aset dari dalam perusahaan dan meningkatkan arus aset dari external structure dan individual’s competence. Aset ini misalnya dapat dibangun dengan cara menciptakan budaya yang menekankan pada peningkatan pengetahuan (build knowledge sharing culture), memanfaatkan knowledge yang ada untuk menghasilkan pendapatan (create new revenues from existing knowledge), menyimpan, memanfaatkan, dan menyebarluaskan kembali knowledge yang berbentuk best practice, data base pengalaman masa lalu, dan mengukur kinerja intangible asset.
- Individual’s competence. Aset ini dapat ditingkatkan melalui peningkatan kowledge pegawai dan meningkatkan arus aset dari external structure dan internal structure. Aset ini misalnya dapat diperoleh dengan cara membuat sistem SDM berdasarkan knowledge management, menciptakan iklim kerja yang mendorong adanya transfer knowledge kepada pegawai yang berpotensi, dan mendukung program pendidikan dengan teknologi komunikasi, dan berbagai uji coba dan simulasi program/ kebijaksanan perusahaan. (Erikson, 2006)
Artikel Terkait:
- Belajar Inovasi dari Toyota
- Belajar dari Toyota Way: Genchi Genbutsu, Pergi dan Lihat Sendiri untuk Memahami Situasi Sebenarnya
- Kepemimpinan Transformasional: Landasan Menuju World Class Company
- Six Big Losses, Biang Keladi Buruknya Kinerja Produksi
- Ringkasan Eksekutif dari 14 Prinsip Toyota Way
- Self-Directed Learning, Menjadikan Tempat Kerja sebagai Sekolah
- Empat Tipe Karyawan, Yang Manakah Anda?
- Sepuluh Tupoksi Manajer Produksi
- Mengukur Kinerja Produksi
- Membangun Karyawan Pembelajar
- Menimbang Skala Kepercayaan Diri, Dimanakah Posisi Anda?
- The Company Men, Jalan Cita Para Karyawan Pejuang
- Fun Works, Melejitkan Kinerja Karyawan
- Intelektualitas dan Mentalitas Manajer, Apa yang Diukur?
- Merantau untuk Menggapai Sukses
- Pintu Surga Bagi Karyawan Pejuang
- Jadilah Manajer Pejuang, Bukan Sekedar Peserta Kontes Popularitas
- Wahai Manajer Pejuang, Fokuslah pada Kekuatan
- Wahai Karyawan Pejuang, Kenalilah Gaya Bekerjamu
- Menjadi Karyawan Pejuang atau Karyawan Pendompleng
- Menumbuhkan Pengetahuan
- Mengevaluasi Informasi
- Teknik Memberdayakan Karyawan
Ping balik: Mengukur Komitmen Manajemen Puncak dalam Membangun BUDAYA PERUSAHAAN « MASDUKI ASBARI
Ping balik: Belajar Mengubah Budaya dari Toyota Way « MASDUKI ASBARI