Perubahan budaya pada hakikatnya adalah sebuah topik yang kompleks dan menjadi pokok bahasan berbagai buku. Perubahan budaya menjadi bukti paling nyata bagi Toyota dalam usahanya untuk mendunia pada tahun 1980-an. Bagi Toyota, globalisasi bukan berarti kemampuan membeli di negara lain. Globalisasi berarti mengekspor budaya Toyota untuk membangun divisi otonomi di negara lain dengan mereproduksi DNA Toyota.
Apakah budaya itu? Ada banyak definisi, tapi satu hal yang pasti: apa yang Anda lihat dan Anda dengar ketika Anda memasuki sebuah perusahaan untuk pertama kalinya hanyalah wujud budaya di permukaan saja. Apa yang dilihat para pengunjung di Toyota dan perusahaan afiliasinya ketika mereka berkunjung adalah fitur-fitur di permukaan seperti kanban, jumlah visual, sel, dan kerja kelompok. Pertanyaan paling umum dari pengunjung adalah “Bagaimana Anda menghargai karyawan Anda agar mereka mau begitu terlibat?” Sistem penghargaan itu sendiri hanyalah wujud budaya di permukaan saja. Sistem ini adalah peralatan sumber daya manusia—hal yang mudah dimanipulasi dan hanya merupakan pucuk gunung es.
Di bawah permukaan adalah budaya Toyota Way. Bahkan, Toyota menggunakan pendekatan “buku teks” untuk mengembangkan budaya. Edgar Schein, salah satu pemimpin dalam analisis dan pemahaman budaya, mendefinisikan budaya sebagai berikut:
Pola dari asumsi dasar yang telah dibuat, ditemukan, atau dikembangkan oleh kelompok tertentu untuk belajar mengatasi permasalahan adaptasi eksternal dan integrasi internal dan telah bekerja dengan baik untuk dianggap benar, dan karena itu, untuk diajarkan ke anggota baru sebagai cara yang benar untuk memahami, berfikir dan merasakan dalam hubungannya dengan permasalahan tersebut.
Di bawah ini adalah deskripsi yang sangat tepat dari budaya Toyota Way dalam berbagai hal:
-
Toyota Way mempunyai kedalaman hingga ke tingkat pemahaman dasar dari cara yang paling efektif untuk “memahami, berfikir dan merasakan” yang terkait dengan masalah-masalah. Hal-hal seperti genchi genbutsu, mengenali pemborosan, pertimbangan yang seksama dalam pengambilan keputusan, dan fokus untuk dapat bertahan dalam jangka panjang adalah DNA dari Toyota.
-
Toyota Way “diciptakan, ditemukan dan dikembangkan” selama beberapa dasawarsa di mana para manajer dan insinyur Toyota yang berbakat, seperti Ohno, “belajar untuk mengatasi permasalahan mereka (Toyota) mengenai adaptasi eksternal dan integrasi internal.” Sejarah Toyota sangatlah penting karena kita mengerti tantangan dan konteks yang membawa menuju pemecahan permasalahan aktif di lantai pabrik, bukan teorits, dan dilakukan dari atas ke bawah (top-down).
-
Toyota Way secara eksplisit “diajarkan kepada anggota-anggota baru“. Toyota bahkan melakukan seminar tentang Toyota Way, tapi itu hanya bagian dari proses belajar. Toyota Way secara eksplisit diajarkan dengan cara Anda seharusnya menyebarkan budaya–melalui tindakan dalam pekerjaan sehari-hari di mana pemimpin memberikan contoh. Jane Beseda dari Toyota Sales menjelaskan: Toyota Way sesuai dengan semua yang mereka (anggota kelompok) lakukan setiap jam sepanjang hari. Sehingga mereka berenang dalam budaya dan filosofi ini. Kami selalu melakukan proyek-proyek kaizen. Itu adalah bagian dari diri kami.
Berkaitan dengan butir ketiga, Toyota di Jepang merekrut hampir semua karyawan barunya dari mereka yang baru lulus sekolah, dalam beberapa kasus tertentu dari sekolah tinggi teknik Toyota City, di mana para siswa sudah mulai mempelajari Toyota Way sejak masih di bangku sekolah. Toyota adalah pekerjaan pertama mereka… dan umumnya yang terakhir. Oleh karena itu, mereka tidak perlu melupakan praktik masa lalu di perusahaan lain dengan pendekatan yang berbeda. Bahkan aspek-aspek Toyota Way terjalin erat dengan budaya Jepang, yang relatif homogen. Sebagai contoh, hansei (refleksi), hourensou, kaizen (perbaikan berkesinambungan), dan nemawashi (proses untuk mencapai konsensus) merupakan karakteristik perusahaan-perusahaan terkemuka di Jepang dan tidak hanya di Toyota. [Liker (2004: 298-299)]
Rujukan: Liker, J.K. 2004. The Toyota Way, 14 Management Principles from The World’s Greatest Manufacturer. McGraw-Hill Co.
Artikel Terkait:
- Mengukur Komitmen Manajemen Puncak dalam Membangun Budaya Perusahaan
- Knowledge Management: Meningkatkan Nilai Intangible Asset Perusahaan
- Belajar Inovasi dari Toyota
- Belajar dari Toyota Way: Genchi Genbutsu, Pergi dan Lihat Sendiri untuk Memahami Situasi Sebenarnya
- Kepemimpinan Transformasional: Landasan Menuju World Class Company
- Six Big Losses, Biang Keladi Buruknya Kinerja Produksi
- Ringkasan Eksekutif dari 14 Prinsip Toyota Way
- Self-Directed Learning, Menjadikan Tempat Kerja sebagai Sekolah
- Empat Tipe Karyawan, Yang Manakah Anda?
- Sepuluh Tupoksi Manajer Produksi
- Mengukur Kinerja Produksi
- Membangun Karyawan Pembelajar
- Menimbang Skala Kepercayaan Diri, Dimanakah Posisi Anda?
- The Company Men, Jalan Cita Para Karyawan Pejuang
- Fun Works, Melejitkan Kinerja Karyawan
- Intelektualitas dan Mentalitas Manajer, Apa yang Diukur?
- Merantau untuk Menggapai Sukses
- Pintu Surga Bagi Karyawan Pejuang
- Jadilah Manajer Pejuang, Bukan Sekedar Peserta Kontes Popularitas
- Wahai Manajer Pejuang, Fokuslah pada Kekuatan
- Wahai Karyawan Pejuang, Kenalilah Gaya Bekerjamu
- Menjadi Karyawan Pejuang atau Karyawan Pendompleng
- Menumbuhkan Pengetahuan
- Mengevaluasi Informasi
- Teknik Memberdayakan Karyawan