Beberapa tahun yang lalu, di University of Nebraska dilakukan penelitian atas 1000 mahasiswa di dalam hal kecepatan membaca, baik sebelum ikut pelajaran “speed reading” maupun setelah mendapatkan pelatihan tersebut. Dari seribu peserta itu, yang paling lambat 90 kata per menit sedangkan yang paling cepat 350 kata per menit. Setelah mendapatkan pelajaran “speed reading”, menurut Anda siapa di antara keduanya yang mendapatkan prosentasi kenaikkan kecepatan membaca?
…… Sebagian orang bahkan para periset pun akan mengatakan bahwa yang paling tinggi kenaikan prosentase dalam hal membaca cepat adalah yang paling lemah (90 kata per menit)……
Kenyataannya, yang awalnya membaca 90 kata per menit naik menjadi 150 kata per menit. Yang awalnya mampu membaca 350 kata per menit menjadi 2900 kata per menit …. Apa makna dari hasil penelitian ini ?
Paradigma yang mengatakan bahwa memperbaiki kelemahan akan membuat seseorang menjadi kuat, perlu dipertimbangkan lagi, karena penelitian di atas membuktikan bahwa usaha memperbaiki kelemahan hanya akan membuat seseorang menjadi “rata-rata” (mediocre) sedangkan usaha yang berfokus melatih “kekuatan” akan menjadikan seseorang berkinerja istimewa (excellence).
Dalam kehidupan kita sehari-hari selama ini, baik di rumah, di kantor, dan di mana saja di dunia ini, kita kuatir akan “kelemahan” kita, kita selalu berpikir bahwa apabila kita memiliki sesuatu berarti “kekuatan” dan kalau tidak memiliki sesuatu berarti “kelemahan” padahal belum tentu demikian, coba saja perhatikan hal berikut:
-
Kalau kita tidak bisa menyanyi, apakah itu kelemahan kita? bukan, kalau kita tidak menjadi penyanyi
-
Kalau kita tidak bisa melukis, apakah itu kelemahan kita? bukan, kalau kita tidak menjadi pelukis
-
Kalau kita tidak bisa menghadapi orang face to face apakah itu kelemahan kita? bukan, kalau peran kita bukan untuk menghadapi orang face to face
-
Kalau kita tidak bisa mengemudikan pesawat terbang, apakah itu kelemahan kita? bukan, kalau kita tidak menjadi pilot
-
Kalau kita tidak teliti, apakah itu kelemahan kita? bukan, kalau peran kita tidak membutuhkan ketelitian seperti dalam bidang safety, finance dan bidang lain yang sejenis
-
Kalau kita keras kepala, apakah itu kelemahan kita? bukan, kalau peran kita sebagai pengacara atau apa saja yang membutuhkan kekeraskepalaan kita
Contoh di atas jelas bahwa “setiap mahluk di bumi tanpa kecuali, diberikan kelebihan maupun kekurangan”. Kalau saja kita dapat mengembangkan kelebihan kita menjadi kekuatan dan memilih peran yang sesuai dengan kekuatan kita, maka kinerja masing masing orang akan menjadi hebat. Akan tetapi sebaliknya, apabila kita memilih peran yang salah maka kekurangan kita akan menjadi kelemahan yang berakibat pada kinerja yang buruk. Ayo, gali, temukan dan kembangkan kelebihan kita masing masing agar menjadi kekuatan dan carilah peran yang sesuai dengan kekuatan tersebut.
Source: http://alfajri.wordpress.com/2005/07/04/fokus-pada-kekuatan-dan-siasati-kelemahan/
Bener, bro. Orang memang seringkali jadi patah semangat dan tidak termotivasi karena kelemahannya, padahal kelemahan itu ngga dibutuhkan dalam perannya sehari-hari.
Bagaimana ya cara terbaik untuk mengenali apa kekuatan kita?
SukaSuka
Bagaimana ya cara terbaik untuk mengenali apa kekuatan kita? Pertanyaan ini sulit untuk saya jawab juga, Bro… Ada yang menjawab dengan metode “refleksi” dan ada juga yang menjelaskan cara lain. Nampaknya sich, kalau disimpulkan, tidak jauh dari “menemukan apa-apa yang menjadikan kita enjoy dalam menjalani atau mengerjakannya”. Ala kulli hal, saya menunggu metode tercanggih dari Bro Borrys untuk hal ini…
SukaSuka
Ping balik: Menjadi Besar Dengan 9 Ciri Negatif Manusia Indonesia | Insan Super