Beri Kayu Bakar, Niscaya Kehangatan Kau Dapatkan

Judul posting ini saya sarikan dari tulisan guru saya yang sangat saya hormati, Motivator  Sukses Mulia, (Ustadz) Jamil Azzaini. Beliau katakan dalam tulisan beliau, “Saat berlibur ke tempat yang dingin dan kemudian ingin menghangatkan badan, apa yang akan Anda lakukan? Salah satunya bisa degan cara membakar kayu di perapian. Apakah hangatnya akan langsung Anda dapatkan dengan hanya berkata, “Ayo perapian, berikan aku kehangatan nanti akan saya beri kayu bakar!” Tentu tidak. Anda harus “memberi” perapian kayu bakar terlebih dahulu baru kemudian Anda akan memperoleh kehangatan“. Saya sangat sepakat marpakat terhadap testimoni ini, bahwa kita sebagai manusia, wabilkhusus, karyawan pejuang di sebuah industri manufaktur, selayaknya mendendangkan sikap ini, yakni memberi dahulu kemudian baru bisa menerima.

Saya yakin, ketika kita memberi kebaikan kepada orang lain, niscaya kita akan menerima kebaikan pula dari orang lain, walaupun tidak mesti dari orang yang telah kita berikan kebaikan sebelumnya. Wahai karyawan pejuang, ketika Anda pertama kali datang ke perusahaan ini, apa yang Anda lakukan? Anda dan termasuk saya datang memenuhi undangan interview, mempresentasikan kompetensi kita dan menawarkan “jasa” yang bisa kita berikan. Jika deal dengan perusahaan, lalu bekerjalah kita sesuai dengan kompetensi yang telah kita janjikan sebelumnya. Setelah itu, barulah kita layak berharap terhadap “imbal jasa” dari perusahaan. Nah, sejatinya, demikianlah kiprah kita di dunia kita ini. Memberi dahulu baru menerima.

Begitulah jalan cita para pejuang, (cieilehh…) pun ketika akhir waktu perjuangan kita di sebuah perusahaan menjelang. dendang memberi dahulu baru menerima hendaknya konsisten kita lantunkan.

Ada sebuah kisah tentang seorang tukang yang ahli membuat rumah, yang hendak mengajukan pensiun dini, karena sudah puluhan tahun dia membuat rumah dan merasa jenuh akhirnya ia mengajukan pensiun dini kepada pimpinannya. Tentu pimpinannya agak keberatan karena tukang ini salah satu karyawan terbaiknya.

Karena keinginan pensiunnya sudah begitu kuat akhirnya permohonan itu disetujui dengan satu syarat, “Tolong buatkan satu rumah terbaik sebelum kamu pensiun.” Tukang itu menyetujui permintaan bosnya. Namun ia mengerjakannya dengan ogah-ogahan dan asal-asalan, bahan-bahan yang dipilih juga bukan bahan yang terbaik.

Setelah rumah itu selesai maka tukang ini menghadap bosnya, “Pak, rumah sudah selesai saya buat, ini kunci rumahnya.” Setelah menerima kunci itu, bosnya berkata, “Selama ini kamu bekerja sangat baik dan saya sangat puas.  Sebagai kenang-kenangan saya berikan rumah ini kepadamu, semoga rumah yang kau buat menjadi tempat tinggal terbaik buatmu.”

So, apa yang kita buat dan lakukan, itulah yang akan kita dapatkan. Nah, kembali kepada awal postingan ini, “Berilah kayu bakar, niscaya kehangatan Kau terima.” Karena memang demikianlah sejatinya jalan hidup para pejuang…halah.

Eitt… Agar semangat makin menggelora di pagi yang cerah ini, mari kita renungkan quote dari Secangkir Semangat untuk Memulai Hari berikut ini, “Jagalah pikiran kita, karena itu akan menjadi kata-kata. Lalu jagalah kata-kata yang keluar dari mulut kita, karena itu akan menjadi tindakan kita. Jagalah tindakan kita, karena tindakan akan menjadi kebiasaan. Lalu berhati-hatilah dengan kebiasaan kita, sebab kebiasaan akan membentuk sikap dan karakter pribadi kita. Untuk itu, pastikanlah yang kita lakukan itu adalah baik, dan yang baik itu pasti menghasilkan kebaikan bagi diri kita.”

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s