Sungguh menjadi kebahagiaan tak terkira ketika kita mendapatkan sesuatu yang kita idamkan. Begitulah kiranya yang saya alami ketika membaca buku “Membacalah Agar Dirimu Mulia, Pesan dari Langit”, tulisan Pak Hernowo. Bagi saya membaca adalah bagian dari “ngelmu kaweruh”. Karena ngelmu adalah kewajiban setiap insan, termasuk saya, maka sejatinya membaca menjadi suatu kewajiban bagi saya. Apalagi dari membaca itu kita mendapatkan banyak ide yang menggugah hati, semisal bacaan saya kali ini pada buku “Membacalah Agar Dirimu Mulia, Pesan dari Langit”.
Buku ini memberikan inspirasi bagi saya bahwa membaca bisa menjadikan saya layaknya sungai ilmu, tempat mengalirnya ilmu, yakni ilmu dari si penulis buku yang saya baca yang kemudian bisa saya alirkan kepada orang lain, melalui cerita saya ataupun tulisan sederhana saya. Seandainya kegiatan membaca ini menjadi kebiasaan yang terus-menerus saya lakoni, sungguh bisa jadi, saya akan mewujud sebagai pribadi yang makin bijaksana dan inspiratif, tidak saja bagi kehidupan saya pribadi tapi juga bagi masyarakat secara umum, setidaknya bagi mahasiswa saya di kampus Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT) atau bagi para guru di Yayasan Aya Sophia.
Kali ini saya merasa terkena efek dahsyatnya membaca, sehingga tak lebih dari satu jam saya khatamkan buku ini dan saking keranjingannya dengan membaca, saya segera mengambil buku yang belum lama saya letakkan di laci kantor, yakni buku “Main-main dengan Teks, Sembari Mengasah Potensi Kecerdasan Emosi”. Subhaanallah, pantas kalau Imam Syafi’i pernah mengungkapkan dalam kitab syairnya yang masyhur, Diwan Imam Syafi’i, “Sesungguhnya perikehidupan seorang pemuda adalah dengan menuntut ilmu dan bertakwa kepada Allah. Jika tidak demikian, bacakanlah takbir empat kali kepadanya karena sejatinya dia telah mati“. Sungguh, dalam kacamata Imam Madzhab termasyhur ini, ngelmu setara dengan kehidupan itu sendiri. Ngelmu dalam konteks buku ini adalah membaca dan menulis.
Kini, semangat saya untuk mengalirkan ribuan bahkan jutaan teks yang sempat saya baca membuncah kembali. Saya harus menulis buku… Target 2014 ini harus rampung… Demikian semangat ini menggedor-gedor reluh hati. Yup, saya nampaknya harus mengiyakan panggilan semangat ini. Tapi tunggu dulu, saya perlu menuntaskan ilmu menulis dari guru Hernowo dulu nich. Ada beberapa buku yang belum saya lahap, “Quatum Writing”, dan “Andaikan Buku Itu Sepotong Pizza”. Minggu kemarin saya baru mengkhatamkan buku “Mengikat Makna Updated” dan “Vitamin T”.