Tak pelak mayoritas masyarakat di sekitar saya, mulai dari tetangga, anak sekolah, guru sekolah, dosen, karyawan di kantor, bos di perusahaan, pemilik usaha warung nasi, hingga tukang ojek mengeluhkan hal sama ketika memulai pekerjaan mereka setelah mereka menikmati liburan panjang, seperti libur lebaran tahun ini. Apa itu? maless…
Hal ini menunjukkan bukti kepada saya bahwa mayoritas orang, siapapun dia dan apapun profesinya, mereka cenderung membenci pekerjaan mereka. Mayoritas mereka tidak bahagia dengan pekerjaan mereka selama ini, sehingga tatkala liburan menjelang perasaannya gembira luar biasa tapi ketika hari masuk kerja mulai mendekat, stress pun mulai menjadi. Nah lho...Anda bagaimana? jangan-jangan sama…he3x…inilah yang disebut sindrome libur panjang.
Kok bisa? ya bisalah…tanya ajha ke mereka. Saya menyimpulkan setidaknya ada 2 alasan mengapa mereka demikian sengsara.
1. Bekerja tidak sesuai passion mereka
Survei kecil-kecilan saya menyimpulkan demikian, karena memang kebanyakan mereka ketika memilih pekerjaan lebih berdasar alasan psikologis, yakni daripada nggak dapat kerjaan, kerjaan apa saja di embat. Mereka yang lulus SMK atau lulusan SMA yang tak kuasa lanjut kuliah, tentu dengan beragam alasan masing-masing, mereka menerima pekerjaan apa saja, yang penting upah masuk UMR. Apalagi sekarang beredar animo di kalangan pekerja anyar, gaji UMR ajha udah syukur Mas…itung-itung belajar lah, belajar stress…Nah lho. Sedangkan yang mantan mahasiswa, seorang sarjana yang baru turun tangga kuliah, mereka dibebani oleh alasan “balik modal”. Daripada kelamaan nyari kerja yang sesuai jurusan atau sesuai passion, mending sekarang yang penting kerja dulu, yah, itung-itung belajar lah…belajar stress…
2. Bekerja tidak fokus
Karena berawal dari asal kerja, perasaan pun dihantui oleh kegalauan. Galau karena kehidupan pekerjaan seperti tak berujung, tak berujung karena tak ada target, tak ada target karena tidak fokus Kenapa tidak fokus? karena berawal dari asal kerja…ujung-ujungnya sengsara bathin tak berujung. Celakanya, mau keluar takut masa depan lebih suram, terus bekerja, sengsara sudah pasti…Duh Gustii.
‘Ala kulli hal, artikel ini sengaja tidak saya beri jawaban ataupun kongklusi, jadi saya serahkan saja kepada Anda dan para kolega sekalian…mau terus menerus menimba stress atau segera menentukan agenda hidup baru untuk meraih kebahagian di dunia dan akhirat. Ingat hidup hanya sebentar dan sekali-kalinya ini, please jangan disia-siakan umur hanya untuk merajut “madesu“, masa depan yang suram. Loh, kok kayak sebuah kesimpulan yah…walah.