Tak dipungkiri bahwa sejak pasca Perang Dunia II, ilmu psikologi hampir seluruhnya berfokus pada “apa yang salah dalam diri seseorang”. Namun kini, bandul kecenderungan ilmu psikologi sudah bergeser menuju optimasi kekuatan seseorang. Para ilmuwan Gallup layak dicatat sebagai bagian dari penggerak bandul ini, maka tak heran kalau salah satu ilmuwan Gallup, Dr. Donald O. Clifton dianugerahi gelar sebagai “Bapak Psikologi Kekuatan” dan “Kakek Psikologi Positif” oleh American Psychology Association. Gallup menciptakan StrengthFinder sebagai alat penilai bakat berbasis web dan taksonomi kekuatan yang pertama dalam psikologi. StrengthFinder bertindak sebagai titik awal pencarian jati diri dalam semua program pengembangan berbasis kekuatan Gallup. Setelah menyelesaikan penilaiai, daftar saran pengembangan disesuaikan dengan lima bakat utama seseorang, yang disebut Signature Themes. Informasi pengembangan berbasis kekuatan ini bisa kita temukan dalam buku-buku seperti Now, Discover Your Strengths (Buckingham & Clifton, 2001), StrengthQuest (Clifton & Anderson, 2002), Discover Your Sales Strengths (Smith & Rutigliano, 2003) dan Living Your Strength (Wiseman, Clifton & Liesveld, 2003).
Di bidang manajemen, tren pada optimasi kekuatan ini salah satunya bisa juga kita temukan dalam konsep Appreciative Inquiry (AI) yang dikembangkan oleh David Cooperrider. Pendekatan ini berfokus pada pencarian kekuatan dan inti positif dari organisasi untuk membangun visi yang harus diraih bersama. Aktivitas diawali dengan mengapresiasi apa yang terbaik dalam organisasi, penciptaan impian organisasi, perancangan tindakan, dan melakukan tindakan yang berbasis pada inti positif. Jika dalam SWOT Analysis mengeksplorasi kakuatan dan kelemahan, maka dalam AI memfokuskan pada kekuatan semata.
Sedangkan di Indonesia, saya mencatat Dr. Farid Poniman, penemu Konsep STIFIn layak mendapat apresiasi positif di bidang optimasi kekuatan ini. Beliau menyatakan bahwa ada lima Mesin Kecerdasan manusia berdasarkan belahan otak dominannya, yang dikenal dalam akronim STIFIn (Sensing, Thinking, Intuiting, Feeling dan Instinct). Untuk dapat meraih sukses sekaligus bahagia, seseorang perlu mengoptimasi action-nya yang sesuai dengan mesin kecerdasan masing-masing, yang dalam bahasa lain adalah bakat alami. Kita bisa menemukan fakta dan argumentasi ilmiahnya dalam beragam buku yang ditulis Dr. Farid Poniman, di antaranya, STIFIn Personality, Kubik Leadership, Manajemen HR STIFIn, dan masih banyak lagi buku yang lain.
Awalnya saya sedikit meragukan konsep yang ditemukan oleh ilmuwan asli Indonesia ini, hanya saja mengingat amanah ilmiah yang dipikul oleh setiap pembelajar, saya mengingatkan diri untuk senantiasa terbuka dalam menyikapi dinamika ilmu pengetahuan, karena sejatinya katerbukaan inilah yang mengirimkan setiap ilmu sampai kepada akal dan hati kita, tentu dari para pendahulu kita. Saya meyakini bahwa tak ada ilmu yang baru, yang ada adalah pengembangan dari ilmu-ilmu sebelumnya. Untuk ini, saya patut mengucapkan banyak terimakasih kepada Dr. Farid Poniman, atas penemuan Konsep STIFIn yang sangat inspiratif dan menggugah nalar keilmuwan kita. Plus, kesediaan beliau dalam banyak sharing session dengan saya dan istri saya tercinta. Keyakinan saya, tren dunia dalam pengembangan SDM dan psikologi berbasis kekuatan ini juga akan berhembus kencang ke Indonesia, mari kita menjadi bagian darinya.