Guru kehidupan saya mengungkapkan dalam bukunya, Nidzam al-Islam, “Jika menghendaki seseorang melakukan suatu perbuatan, maka mulailah dengan memberikan pemahaman tentang (baiknya) perbuatan tersebut.” Saya memaknai ungkapan tersebut bahwa, selama ini, kita telah digerakkan oleh pemahaman kita. Kita dihipnotis oleh pemahaman kita.
Maka tak heran, jika ada dua bersaudara yang melakukan perbuatan bertolak belakang. Seorang yang melakukan perbuatan buruk karena dihipnotis oleh pemahamannya. Begitu juga seorang yang melakukan hal baik. Bahkan, ukuran baik dan buruk inipun, tak lekang dipengaruhi oleh pemahaman yang bersangkutan. Untuk hal terakhir ini, kita akan bahas dalam kesempatan lain.
Kembali ke topik, ada orang tua yang membiarkan masa depan anaknya mengalir begitu saja tanpa terencana. Sementara sebagian orang tua yang lain, berupaya mendesain masa depan anak-anak mereka. Kedua kelompok orangtua ini, masing-masing memiliki hujjah yang sama kuat. Setidaknya menurut kelompok masing-masing.
Orangtua yang pro-pembiaran memahami bahwa masa depan anak-anak mereka sudah ada yang mengatur, yakni Allah Yang Mahakuasa. Jadi, sudahlah, tak usah repot-repot memberikan tes bakat segala. Yang penting kerja keras. Toh nanti belum tentu sukses meraih apa yang menjadi bakatnya. Kita sebagai orangtua, harus bersabar dan berdo’a untuk kebaikan anak-anak kita, demikian kelompok orangtua ini menasehati. Lihatlah itu, orang-orang yang sukses di sana, mereka juga dahulu tidak melakukan analisa bakat. Contoh kami, sebagai orangtuanya, dulu orangtua kami cukup berdo’a di rumah dan melepas kami untuk sekolah dan mencari penghidupan. Jadi, hidup yang nggak usah neko-neko. Hidup yang sudah merepotkan ini, mbok ya jangan makin dibikin repot.
Sementara, orangtua pro-desain memahami bahwa masa depan anak-anak mereka tidak sama dengan era orangtuanya dahulu. Anak-anak akan memiliki zamannya sendiri. Oleh karena itu, kelompok orangtua ini, memahami bahwa, mendidik anak-anak mereka, tidak dengan gaya mereka dahulu, ketika orangtua mereka mendidik. Sudah beda kondisinya. Maka, mendidik anak harus sesuai dengan gaya belajar (learning style) si anak, yang masing-masing anak bisa berbeda gaya. Bukan menyesuaikan gaya orangtuanya. Tak ada anak bermasalah, yang ada adalah orangtua yang tidak paham kondisi anak. Untuk itu, sebagai referensi, mereka berupaya mengetahui bakat dan minat anak-anak mereka, lebih dini. Kemudian, orangtua ini mengarahkan sesuai dengan bakat dan minat anak-anaknya. Untuk meraih masa depan sukses dan mulia. Mereka meminjam pernyataan Jim Rohn, “Kebahagiaan bukanlah sesuatu yang anda tunda untuk masa depan; kebahagiaan adalah sesuatu yang Anda disain untuk sekarang.”
Termasuk kelompok yang manakah Anda? Itu adalah murni pilihan Anda.
Salam #FokusSatuHebat.