John C. Maxwell pernah bercerita, “Seekor Canadian Bird memutuskan bahwa terbang ke Selatan demi menghindari musim dingin itu terlalu sulit. Ia berkata pada dirinya sendiri, “Aku bisa menghadapi musim dingin. Hewan lainnya saja bisa. Pasti tidak akan sesulit itu.” Maka ketika semua burung lainnya terbang bersama menuju Amerika Selatan yang hangat, ia tetap tinggal di sana dan menanti musim dingin.
Ia tidak pernah merasa sedingin ini dan sulit sekali mencari makanan di luar sana. Akhirnya, ia menangis dan tersadar bahwa ia pasti akan mati jika tidak segera pergi dari sana. Lalu ia mulai terbang ke selatan seekor diri. Tidak lama kemudian, turunlah hujan, dan sebelum burung ini menyadari, air membeku menjadi es di atas sayapnya. Ia sadar bahwa ia tidak bisa terbang lebih lama lagi.
Karena merasa dirinya hampir mati, burung ini menukik turun dan mendarat untuk terakhir kalinya di atas halaman sebuah peternakan. Ketika ia terbujur kaku di sana, seekor sapi datang mendekat, melangkah melewatinya, dan menjatuhkan kotoran tepat ke atasnya. Burung kecil itu merasa jijik. pikirnya,
Aku di sini,
Membeku hingga mati.
Aku hampir mati,
Ini nafas-nafas terakhirku
Dan kotoran itu!
Sungguh cara mati yang tidak terhormat.
Maka burung ini pun menahan nafasnya dan bersiap-siap untuk mati. Namun dua menit kemudian, keajaiban pun terjadi.
Tubuhnya menghangat dan es yang melapisi sayapnya mulai mencair. Otot-ototnya jadi mudah digerakkan, dan darah mengalir kembali di sekujur tubuhnya. Ia sadar bahwa pada akhirnya, ia berhasil melalui maut. Burung kecil itu sangat bahagia, sehingga ia mulai menyanyikan kidung ceria.
Pada saat itu, seekor kucing tua yang menghuni peternakan itu tengah berbaring di loteng gudang jerami, dan ia mendengar kicauan burung itu. Ia tidak bisa mempercayai pendengarannya. Sudah berbulan-bulan ia tidak mendengar nyanyian seperti itu, dan ia bertanya, “Apakah itu seekor burung? Kupikir mereka semua sudah terbang ke Selatan untuk menghindari musim dingin.”
Ia keluar dari gudang dan melihat ada burung di sana. Kucing itu mendekatinya, merengkuhnya dengan lembut dari kotoran sapi, membersihkannya — lalu memakannya.”
Innaalillaahi wainnaa ilaaihi rooji’uun.
Ada pelajaran moral dari kisah ini:
1. Tidak semua orang yang menjatuhkan kotoran ke atas Anda adalah musuh,
2. Tidak semua orang yang membersihkan kotoran itu adalah teman,
3. ….
Silakan temen-temen lanjutkan dengan pelajaran moral lainnya.
Salam #FokusSatuHebat
kangmasduki.com
Inspirator #FokusSatuHebat
Soft Skills Educator