Ketika ada tenaga medis bukan dokter, lantas asal memberi obat, kemudian jatuh korban maka akan dianggap malapraktik. Ketika ada sopir metromini lantas mengendarai pesawat tanpa punya ilmu, sehingga terjadi kecelakaan, maka akan dianggap malapraktik. Lalu bagaimana saat ayah dan ibu tidak mempunyai ilmu parenting lantas mereka mempunyai penumpang yang bernama anak, akankah disebut malapraktik?
Sedangkan malapraktik dalam parenting ini akan mengakibatkan kecelakaan sejarah peradaban manusia, yakni di antaranya:
Pertama, akan melahirkan anak-anak yang kerdil jiwanya. Jiwa anak kecil yang terjebak dalam tubuh orang dewasa.
Kedua, akan muncul fenomena degradasi psikis, yang mengakibatnya lahirnya generasi bangsa yang lemah. Yakni proses berantai dari lahirnya anak-anak lemah psikis, menjadi laki-laki dewasa yang lemah, menjadi ayah yang lemah, kemudian mencetak generasi berikutnya yang lebih lemah dan tidak berkualitas, hingga berujung lemahnya sebuah bangsa dan peradaban. Hasil penelitian yang disampaikan oleh guru kami, Ustadz Bendri Jaisyurrahman menyebutkan bahwa anak sekarang, berdasar hasil penelitian tersebut, kematangan psikisnya setengah umur biologisnya. Anak kuliah berperilaku seperti anak SMP. Anak SMP berbicara seperti anak TK, seperti, “ciyus, miapah, dll.”
Ketiga, Menggejalanya fenomena kebanci-bancian, cabe-cabean dan anak alay. Apa sih anak Alay? Ustdaz Bendri sampaikan bahwa karakter anak jenis ini adalah anak yang gegar pola pikirnya (thinking shock). Di antara ciri-cirinya adalah:
• Tidak bisa milih atau membuat keputusan.
“Kamu mau makan apa?” Dijawab, “Hmmm terserah deh… “
Diajak sholat hayuk, diajak maksiat hayuk..
Pagi ke majlis ta’lim, malam dugem
• Tidak bisa menjelaskan runut dan runtut
“Tadi belajar apaan Dek?” Dijawab, “Yaaa gitu-gitu deh..”
• Penyebab fenomena cabe-cabean karena faktor kehilangan sosok ayah.
Karena ayah lah yang mengajarkan rasionalitas, otak kiri. Anak yang dibesarkan tanpa sosok ayah akan tumbuh lebih emosional dan tidak rasional.
Makin di-jelentrek-in dampak malapraktik dalam parenting ini, niscaya akan makin bergetar hati orangtua untuk segera sadar. Sadar parenting untuk ayah adalah kembali kepada keluarga, temani anak-anak dan jadilah sabahat serta mentor terbaik mereka. Sadar parenting untuk ibu adalah kembalilah ke rumah. Karier terbaik dan termulia seorang ibu adalah menjadi bahan bakar sukses-mulia suami dan anak-anaknya dan kantornya adalah di rumah.
Salam #FokusSatuHebat
Kang Masduki
SOFT SKILLS INDONESIA
Training-Coaching-Consulting