Beberapa kali saya membaca risalah tulisan ilmiah yang berjudul:
حِوَارُ اْلآباَءِ مَعَ اْلأبْناَءِ فيِ اْلقُرْآنِ اْلكَرِيْمِ وَتَطْبِيْقَاتُهُ التَّرْبَوِيَّةِ
“DIALOG ORANGTUA DENGAN ANAK DALAM AL-QUR’AN AL-KARIM DAN APLIKASI PENDIDIKANNYA”
Menurut tulisan ini, terdapat 17 dialog (berdasarkan tema) antara orangtua dengan anak dalam Al-Qur’an yang tersebar dalam 9 Surat.
Ke-17 dialog tersebut dengan rincian sebagai berikut:
• Dialog antara ayah dengan anaknya (14 kali)
• Dialog antara ibu dan anaknya (2 kali)
• Dialog antara kedua orangtua tanpa nama dengan anaknya (1 kali)
Saya masih saja tertegun, apa kira maksud Al- Qur’an dengan ini?
Sedikit saya menduga, setidaknya ada dua hal mengapa ayah menjadi penting memiliki kualitas lebih baik dalam parenting.
Pertama, ternyata, menurut salah satu guru saya, Bunda Elly Risman, memang yang paling cocok berkomunikasi dengan anak adalah ayah, bukan ibu. Kenapa? Karena frekuensi bicara ayah lebih sesuai dengan frekuensi daya tangkap otak anak. Otak anak lebih mudah menangkap bahasa komunikasi yang pendek-pendek dan to the point, jelas tujuannya. Dalam hal ini memang agak beda dengan emak-emak ( yang sudah punya istri emak-emak, mesti ngerasin…he..he)
Kedua, Tujuan pokok parenting setidaknya ada tiga hal, yakni menjadikan anak sebagai hamba Allahyang bertaqwa, menjadi suami yang sholeh dan menjadi ayah teladan dunia-akhirat. Di samping dua tujuan berikutnya, yakni mengarahkan kepada profesi terbaik anak, dan menumbuhkan semangat kontribusi terbaik dalam kehidupan. Nah, tujuan parenting ini tidak cukup di-outsourcing-kan kepada orang lain, seperti guru apalagi asisten rumah tangga. Lebih-lebih, tiga tujuan parenting yang pertama di atas. Mesti ayah yang duduk di depan anaknya untuk membekali iman dan ilmu yang benar, sehingga kelak parentingnya akan memberikan impact maksimal dalam kehidupan mereka.
Jadi, saatnya ayah jejek gas untuk ngelmu parenting lebih kenceng.
Salam #FokusSatuHebat
Kang Masduki
SOFT SKILLS INDONESIA
Training-Coaching-Consulting