Setiap hari kita menghadapi berbagai persoalan atau masalah dalam pekerjaan. Masalah selalu datang silih berganti. Satu masalah terselesaikan, datang lagi masalah yang lain. Masalah adakalanya datang bertubi-tubi seolah tidak ada habisnya, sepertinya tiada hari tanpa masalah.
Sepanjang kita terus bekerja, berbagai masalah akan selalu mengintai kita. Jika kita dihadapkan pada suatu permasalahan baru, sesungguhnya itu adalah suatu yang wajar, bahkan merupakan peluang, karena demikianlah cara continual improvement bekerja. Sedangkan yang tidak wajar adalah jika permasalahan yang sama terus saja berulang dan faktanya, diberbagai perusahaan (menurut penulis buku ini) 70-80 persen permasalahan yang mereka hadapi adalah masalah yang sama atau masalah yang berulang. Masalah yang mereka hadapi hari ini adalah masalah yang sama yang pernah mereka hadapi minggu lalu, bulan lalu atau mungkin tahun lalu…Doh.
Hal ini merupakan petunjuk bahwa saat kita menyelesaikan suatu persoalan, seringkali yang kita betulkan hanya gejalanya saja, tidak kita tuntaskan sampai ke akar masalahnya (root cause). Menelisik definisi masalah, sebenarnya tak lebih dari kesenjangan (variance) antara harapan (plan) dengan kenyataan (actual). Penting untuk mengingat kembali definisi ini agar kita lebih aware terhadap setiap timbulnya gap antara plan dan actual. Perlu juga diingat kembali perbedaan antara gejala (symptom) dengan masalah. Gejala hanyalah indikasi yang tampak di permukaan, sedangkan masalah adalah akar persoalan yang merupakan sumber utama dari munculnya gejala tersebut, yang kadangkala justru masalah ini tak nampak di permukaan. So, jangan terjebak pada sekedar menyelesaikan gejala semata. Baca lebih lanjut